Jumat, 05 Desember 2008

ARTI CiNTa MENURUT BEBERAPA AHLI



Saya memang bukan seorang ahli cinta namun saya pernah merasakan jatuh cinta dan putus cinta. Saya pun seringkali mendengar beragam hal tentang cinta, entah itu kesedihan yang di derita karena cinta ataupun karena kegembiraan karena cinta. Intinya, cinta bisa menyajikan beragam cerita. Karenanya tidak berlebihan jika saya pribadi mengemukakan pendapat mengenai arti cinta ini. Bagi saya, cinta adalah fase dari kehidupan manusia yang bisa menimbulkan getaran dalam hati, yang bisa membuat hidup lebih bermakna dan yang paling penting adalah ada nilai-nilai kepekaan terhadap rasa sebagai dampak atas kehadiran atau kepergian cinta. Sekalipun menyakitkan, efek dari cinta senantiasa bisa membuat si pelakunya lebih bijak dalam menjalani hidup. Dan cinta pun jangan selalu dihubungkan dengan seks, sebab masih banyak para pelaku cinta yang memandang dan menjalankan cinta sebagai “CINTA” tanpa embel-embel seks. Meski ada pendapat umum yang mengatakan bahwa cinta tanpa seks adalah hambar. Tapi pendapat seperti itu tidak selamanya benar. Mungkin untuk mereka yang telah terikat dalam pernikahan sah-sah saja jika mengatakan hal seperti itu, namun untuk mereka yang belum ada ikatan pernikahan tentu saja tidak bisa dibenarkan. Meskipun pembenaran untuk setiap orang berbeda namun bagi saya hal itu tetaplah tidak ada pembenarannya. Bagaimana pun cinta bagi saya adalah hal yang sangat suci, yang sepertinya tidak layak untuk dinodai jika masanya belum datang. Artinya tidak ada alasan untuk mengatakan hal yang sah jika saat pacaran, karena alasan cinta mahkota kesucian (virgin) harus diberikan begitu saja. Saya kembali berpendapat bahwa jika pada saatnya tiba nanti semuanya akan terasa indah, tunggulah sampai cinta itu benar-benar terikat dalam ikrar suci (pernikahan), dan atas nama cinta dengan ketulusan doa semuanya bisa dilakukan.

Selanjutnya saya akan menguraikan beberapa pendapat dari para ahli mengenai arti cinta sebagaimana saya baca dari buku Cinta Yang Pintar Kawin Yang Pintar (M. Torsina, Cakrawala Cinta, 1996), antara lain adalah:

Victor Hugo, berpendapat, “cinta adalah penciutan alam jagad menjadi existensi tunggal dan pemekaran existensi tunggal mencapai Tuhan.”

Erich Segal, berpendapat, “cinta tidak perlu mengatakan Anda menyesal.”

Erich Fromm, berpendapat, “cinta yang matang adalah persatuan dalam keutuhan integritas dan individualitas. Dalam cinta ada dua hakekat menjadi satu, tetapi tetap berdua.”
Erich Fromm pun membagi cinta berdasarkan objeknya yaitu:
Cinta Ibu
Cinta persaudaraan
Cinta erotik
Cinta diri
Cinta Tuhan

Joan Terry Garity, berpendapat:
Cinta adalah kejadian di mana Anda terserang kanker payudara, harus menjalani mastectomy, tapi kekasih Anda tetap mengasihi Anda sebanyak seperti semula, dan tidak palsu saat mengucapkan “engkau tetap tercantik untukku.”
Cinta adalah gelombang perasaan raksasa yang menelan habis diri si pecinta. Saat gelombang mendekat mati, gairah hidup si pencinta itu pun akan mati pula.
Cinta adalah kemampuan untuk memaafkan yang tidak termaafkan, tertawa atas humor-humornya, sekalipun Anda telah mendengarnya yang kesekian kalinya, dan berkepentingan atas kebahagiaannya sebanyak yang Anda pentingkan untuk diri Anda.
Cinta adalah sebuah hasrat pasangan untuk dapat memberi Anda sebuah kapal pesiar dan hasrat Anda untuk dapat memberi si dia sebuah kapal terbang – dan ternyata Anda berdua masih puas dan berbahagia menerima sebuah sepeda, karena Anda berdua mampu menikmatinya bersama-sama.

Meneken, berpendapat, “cinta adalah tingkat kesan mati-rasa.”

John Alan Lee, membagi cinta dalam 6 gaya cinta, yaitu:

Eros, cinta akan kecantikan ideal (cinta yang memfokuskan diri pada kekuatan fisik semata).

Mania, cinta gila (cinta yang hadir dengan banyak tuntutan, cinta yang hadir bukan karena benar-benar dia mencintai pasangan yang dicintainya namun lebih karena dorongan yang hebat atas kebutuhannya untuk bercinta).

Pragma, cinta pragmatis (cinta yang memfokuskan pada keserasian dan kelogisan, cinta yang hadir tidak berdasarkan sexual tapi lebih kepada syarat-syarat sosial dan peribadi).

Agape, cinta tanggung jawab (cinta seperti ini melahirkan konsep tanggung jawab untuk memberikan perhatian pada orang lain tanpa memandang apakah orang lain itu mencintai atau membalas perhatian Anda. Inilah cinta tulus, memberi tanpa mengharap balasan, agape adalah bentuk cinta yang jauh dari urusan seks).

Cinta ludus, cinta hanyalah suatu permainan (penganut cinta seperti ini tak pernah menggantungkan diri pada pasangannya, tidak mau melibatkan diri terlalu dalam atas apa yang dialami pasangannya, mau menerima pasangannya namun dengan beragam syarat)

Cinta storage (cinta sebagai hubungan persahabatan, pelakunya memilih cinta sebagai aktivitas yang harus dia nikmati).

Robert Sternberg, membagi cinta berdasarkan komponen cinta yaitu nafsu birahi, intimitas (unsur emosional dalam cinta), dan komitmen. Ketiga unsur tersebut membentuk jenis cinta dalam hubungan antar pasangan, yaitu:
> Cinta persahabatan. Cinta ini lahir karena perasaan sayang. Si pelaku sama-sama suka saling memperhatikan, betah berlama-lama ngobrol, saling membantu dan kelihatan hangat. Dalam hal ini hanya ada unsur intimitas tanpa ada gabungan nafsu birahi dan komitmen)
> Cinta karena pelampiasan. Hubungan seperti ini hanya melibatkan unsur nafsu birahi dan komitmen tanpa komponen intimitas.
> Cinta buta. Cinta ini jelas hanya mengandung komponen nafsu birahi tanpa adanya unsur intimitas dan komitmen.
> Cinta kebersamaan. Hubungan ini hanya mengandung komponen komitmen dan intimitas tanpa adanya komponen nafsu birahi (biasanya hadir pada hubungan pernikahan).
> Cinta romantis. Komponen nafsu birahi, dan intimitas jelas yang memberi pengaruh besar pada hubungan ini.
>
Cinta lengkap (semua 3 komponen cinta ada dalam hubungan ini)